Senin, 25 Maret 2013

JALAN KARTASURA RUSAk



Pengendara motor melintas di perempatan Kartasura yang sebagian jalan rusak. Perbaikan lubang jalan itu menunggu perbaikan pipa induk PDAM yang bocor. Foto diambil Rabu (20/3/2013). sumber: solopos

Perbaikan Terminal Kartasura Sasar Selter dan Pelataran Kios

Sejumlah calon penumpang sedang menunggu bus di Terminal Kartasura, beberapa waktu lalu. dokJIBI/SOLOPOS KARTASURA-Perbaikan Terminal Bus Kartasura akan menyasar selter (pemberhentian) bus dan pelataran kios sebelah selatan terminal. Menurut rencana, perbaikan dimulai pada triwulan kedua tahun ini.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Sukoharjo, Bambang Sri Wahyono, ketika dihubungi Solopos.com, Kamis (14/3/2013), memaparkan akan ada dua selter tambahan di Terminal Bus Kartasura. Penambahan selter bertujuan memaksimalkan pelayanan kepada calon penumpang. Saat ini, hanya ada satu selter bus di terminal tersebut, yakni di bagian barat terminal. Calon penumpang yang menunggu di sisi timur terminal kurang terakomodasi dengan kondisi ini.
Selain menambah selter, pihaknya akan memberi tambahan peneduh di pelataran kios yang berada di sebelah selatan terminal. Bagian tersebut hingga kini belum memiliki peneduh permanen seperti yang ada di dua bagian lain. “Dana yang disediakan untuk perbaikan Rp1 miliar. Sebesar Rp60 juta digunakan untuk konsultan dan pengawasan, sisanya digunakan untuk membiayai dua perbaikan itu,” ujarnya.
Dia melanjutkan, saat ini perbaikan terminal masuk dalam tahap perencanaan. Bulan depan, pihaknya berencana melakukan lelang untuk menentukan pelaksana perbaikan.
Salah satu pemilik agen bus malam di Terminal Bus Kartasura yang ditemui Solopos.com, Harsono, menyambut baik wacana pebaikan terminal. Dia dan sembilan pemilik kios di sebelah selatan terminal berswadaya membuat peneduh di pelataran kios. Peneduh dari asbes dan kayu seadanya itu kini telah berumur delapan tahun. “Kebutuhan peneduh bagi 10 kios sangat mendesak. Kios di deretan selatan memang yang paling ramai calon penumpang. Mereka sering berdesakan saat menanti keberangkatan bus di bawah hujan atau terik matahari akibat minimnya peneduh,” katanya.
Dian Erika Nugraheny/JIBI/SOLOPOS

MEMOTONG TAHU



Pengrajin memotong tahu di sentra pemberdayaan industri kecil Purwogondo, Kartasura, Jumat (15/3/2013). Di sentra tersebut, terdapat 35 pengrajin tahu yang setiap harinya membutuhkan kurang lebih lima ton kedelai yang diolah untuk dipasarkan ke berbagai pasar di Soloraya.
Sumber : solopos

Puluhan Warga Ngadirejo, Sukoharjo Derita Chikungunya

SUKOHARJO – Sekitar 45 warga di dua rukun tetangga (RT) di Desa Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo menderita C hikungunya. Warga kecewa dengan tak sigapnya tim medis walau sudah mendapat laporan. Warga berharap ada pengasapan sehingga nyamuk pembawa penyakit mati.
Serangan chikungnya itu terjadi dua pekan terakhir. Salah seorang warga setempat, Sarmanto, Sabtu (2/3/2013), mengatakan, chikungunya bukan kali pertama terjadi di Desa Ngadirejo. “Kejadian kali pertama berlangsung beberapa tahun lalu. Saat itu kami sudah melaporkan (ke puskesmas) tetapi tidak ada tanggapan. Kejadian kali ini juga kami laporkan,” ujarnya.
Dikatakannya, sebagian warga sudah sembuh namun sebagian yang lain masih berobat. Para penderita, ujarnya, mayoritas berobat ke dokter umum yang buka praktik di rumah tetapi sebagian ada yang berobat ke puskesmas dan rumah sakit. “Hari ini, sekitar 15-an orang penderita melakukan rawat jalan.”
Sarmanto menyatakan, Sabtu siang dua petugas telah datang ke Ngadirejo. Menurutnya, kedua petugas melakukan pendataan penderita. “Direncanakan, Senin dilakukan fogging.”
Informasi lain yang diperoleh Espos, penderita chikungunya dialami warga RT 002 dan 004/RW 009. Yakni, sekitar 35 warga di RT 004 dan 10 warga di RT 002. Anggota Komisi IV, DPRD Sukoharjo, H Samrodin, mendesak dinas kesehatan melakukan pengasapan atau fogging.
“Warga telah melapor ke puskesmas tetapi tidak ada respons. Saat ini memang sudah ada yang sembuh tetapi pagi tadi (Sabtu) ada yang baru masuk rumah sakit. Kami berharap tim medis segera bertindak dan melakukan langkah-langkah antisipasi agar penderita tidak bertambah.”
Terpisah, Kepala DKK Sukoharjo, der Guntur Subyantoro menyatakan, petugas telah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke Ngadirejo.
“Melihat jumlah penderita, hasus dilakukan fogging. Fogging dilakukan sesuai kesepakatan warga karena rumah harus dikosongkan. Hewan piaraan harus dikeluarkan jangan sampai menjadi sakit karena bahan baku fogging mengandung malation.” Trianto Hery Suryono/JIBI/SOLOPOS

ABG DIBUNUH & DIBAKAR: Warga Pucangan Takut dan Trauma









SUKOHARJO – Pembunuhan ABG di Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, membuat warga sekitar takut dan trauma. Warga menjadi takut untuk melewati jalan tempat pembakaran mayat pada malam hari.
“Anak saya yang melihat langsung kondisi mayat yang gosong tidak berani tidur sendiri dan menyusul saya untuk tidur. Saya juga kalau lewat di sini [lokasi pembakaran] sendiri takut walau siang hari,” ungkap warga Jegongan, Pucangan, Susi, 40, saat ditemui Solopos.com di dekat tempat kejadian perkara (TKP), Sabtu (26/1/2013).
Hal yang sama juga diungkapkan teman Susi yang enggan disebut namanya. Dia mengaku walau rumahnya jauh dari TKP, namun saat di rumah dia merasa takut saat malam bahkan untuk mengambil sepeda di rumah bagian belakang.
Rasa ngeri mengenai pembunuhan tersebut juga ditandai dengan tidak adanya warga yang nongkrong di area persawahan tersebut. Berdasarkan informasi warga, area persawahan tersebut jika pada sore dan malam hari selalu ramai karena digunakan sebagai tempat nongkrong, pacaran bahkan mabuk-mabukan.
“Sekarang kalau sore dan malam di sini sepi. Selain itu, warga yang melintas juga berkurang, tak seramai dulu. Sekarang warga memilih melewati tempat yang ramai walau itu berarti harus memutar lebih jauh,” kata warga Betikan RT 003/RW 001 Wironanggan, Gatak, Sukoharjo, Sutarto, 64.
Jalan di area persawahan yang merupakan TKP pembakaran tersebut menurut Sutarto merupakan jalan penghubung Kartasura dan Wironanggan yang paling dekat. Sementara itu, hingga Sabtu siang masih banyak warga yang datang untuk sekadar melihat TKP pembakaran. Asiska Riviyastuti/JIBI/SOLOPOS